Senin, 10 November 2014

Pandai Membual.

Dua hari yang lalu, kamu tiba-tiba muncul mengagetkanku, padahal paginya kamu menghilang tanpa jejak. Kejutanmu menyenangkan, tapi mengapa hal menyenangkan itu selalu diawali dengan hilangnya dirimu dalam jangka waktu yang lama? Tulisan ini akan sangat jelek dibaca, aku tidak ingin sastrawan sekelasmu membaca tulisan bodoh ini, sambil tertawa terbahak- bahak. Tidak jelas plotnya, tidak jelas alurnya, siapa tokohnya. Barisan paragraf ini kutulis hanya untuk menumpahkan kekesalanku pada kebohong-kebohongan bodohmu yang telak kupercayai dengan sangat berani. Dua hari yang lalu, aku masih ingat rangkulanmu, aroma tubuhmu, saat pertama kali kamu mencium pipiku, saat kamu mengcup keningku, dan tanpa bisa mengemis; aku harus membiarkanmu pergi dengan cepat, menghilang bagai asap, dan duniaku kembali senyap. Kalau boleh jujur, gadis tolol ini telah mencintaimu, meskipun aku tahu betapa masa lalumu bukanlah hal yang mudah ditolerir oleh gadis seumurku. Aku percaya saja ketika kaubilang kautak lagi suka pada pria aku menerima saja ketika kautak menceritakan apapun, dan saat kita bertemu; hanya aku yang selalu bercerita bagaimana aku memandang dunia. Mengapa kautak membiarkan aku tahu bagaimana isi dalam kepalamu? Memangnya aku ini masih gadis asing yang terlihat seperti pemberontak kelas kakap berusaha meringsek masuk ke dalam pagar duniamu? Sejak mengenalmu, aku tak peduli bagaimana orang menilaimu, bagaimana caramu mencintai seseorang; cara-cara yang dibilang orang lain menyimpang. aku berkenalan dengan seorang pelaku kriminal. Aku juga tak peduli pada hasil keingintahuanku bahwa ternyata kamu punya kekasih yang jenis kelaminnya sama denganmu. Itu bukan salahmu, salahku yang mencintaimu. Salahku!ya itu salahku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar